Jakarta, tandde.com – Suatu hari yang terik di Selabintana, sebuah desa di kaki Gunung Pangrango Sukabumi, Jawa Barat, seorang wanita paruh baya, Bunda Elis panggilannya, berjalan ke tepi jalan utama di desanya dan duduk berjam-jam di sana. Hanya di sana tempat di mana dia bisa mendapatkan koneksi internet yang stabil untuk mengikuti pelatihan bisnis daring melalui ponselnya tanpa gangguan jaringan.
Pelatihan gratis yang Bunda Elis ikuti bertajuk Go Digital and Scale-Up with whatsapp, sebuah pelatihan gratis yang diadakan di 12 kota di Indonesia yang diadakan oleh WhatsApp -platform messaging milik facebook- dan UKM Indonesia. Pelatihan ini membekali Bunda Elis dan ratusan wirausaha lainnya dengan keterampilan digital, termasuk cara memanfaatkan aplikasi WhatsApp Business. Bunda Elis sendiri telah lama menjadi pengguna setia WhatsApp. Aplikasi ini pula yang telah membantunya mengembangkan bisnis keripik singkong yang ia rintis.
Bunda Elis memulai usaha keripik singkong Krispy Yummy Babeh pada tahun 2016 ketika bisnis suaminya bangkrut hingga menyebabkan mereka terlilit utang. Walau hanya tersisa uang sebesar Rp50.000, mereka menolak untuk menyerah, sebaliknya mereka memutuskan untuk membuat keripik singkong lalu mereka jual di toserba terdekat, di SMP putranya, dan melalui WhatsApp pribadi Bunda Elis. Tak lama kemudian, usahanya terus berkembang dan ia mulai bergabung dengan beberapa asosiasi UMKM, seperti UKM Indonesia, yang mendatangkan kesempatan berpromosi ke khalayak yang lebih luas melalui WhatsApp.
“Bisnis saya tumbuh perlahan tapi pasti. Baru setelah WhatsApp Business diluncurkan pada tahun 2018, semuanya jadi berkembang lebih cepat, dan bisnis saya pun tumbuh tiga kali lipat,” kata Bunda Elis dengan penuh semangat. “Saya mulai menerima pesanan dalam jumlah besar dari luar negeri. Dari situ, saya jadi bisa membeli singkong dari 40 petani lokal di daerah saya, serta mempekerjakan 30 ibu rumah tangga dan 10 siswa sekolah kejuruan di desa saya untuk membantu saya memproduksi keripik singkong.”
Usaha Bunda Elis berkembang secara pesat sehingga akhirnya dia berhenti menjual produknya secara eceran. Ia mulai menjual secara grosir ke 33 pengecer dan enam distributor di penjuru Indonesia serta negara-negara lain seperti Korea Selatan, Australia, Kanada, Amerika Serikat, hingga Republik Dominika. Usahanya bahkan membawa Bunda Elis memenangkan beberapa penghargaan dalam negeri, seperti Citi Microentrepreneurship Awards (CMA) 2018-2019 kategori kuliner dan juara II Wirausaha Muda Pemula (WMP) 2019 kategori kuliner dari Kemenpora. Bunda Elis merasa perkembangan usahanya dapat terwujud berkat adanya kemudahan fitur-fitur yang tersedia di WhatsApp Business.
Siapa sangka, kala usahanya tengah berkembang dengan pesat, Bunda Elis terserang stroke hingga menyebabkan gangguan pendengaran dan harus menjalani perawatan ekstensif untuk pulih. “Untungnya, ketika orang menghubungi saya untuk menanyakan tentang produk saya, saya dapat dengan mudah mengirimkan katalog produk saya di WhatsApp, dan dari situ proses transaksi selanjutnya sering kali terjadi sangat cepat. Saya bisa menjalankan bisnis saya dari genggaman tangan saya, hanya dengan beberapa klik,” tambahnya.
Namun, pandemi COVID-19 saat ini memengaruhi bisnisnya secara signifikan. Dengan menurunnya pesanan, produksi yang biasanya membutuhkan 40 orang kini hanya membutuhkan kurang dari selusin orang. Walau demikian, Bunda Elis tetap bersemangat. Setelah mengikuti program pelatihan yang diselenggarakan oleh WhatsApp dan UKM Indonesia, ia belajar cara-cara baru untuk mengembangkan bisnisnya dan memaksimalkan fitur-fitur WhatsApp Business, ia mengaku optimis situasi akan segera kembali seperti sedia kala.
“Saya bisa bertahan hingga saat ini karena pesanan-pesanan yang tetap saya terima dan pertahankan melalui WhatsApp Business. Saya baru-baru ini mempelajari cara menggunakan fitur label dari pelatihan yang saya ikuti, dan fitur itu telah membantu saya menyortir pesanan yang saya terima. Saya bersyukur memiliki kesempatan untuk berbisnis dan dapat saya jalankan dengan mudah. Semuanya cukup dilakukan melalui ponsel saya!” ucapnya.
WhatsApp adalah salah satu aplikasi pengiriman pesan yang paling banyak digunakan di Indonesia. Selama bertahun-tahun, WhatsApp telah membantu tidak hanya pemilik bisnis tetapi juga individu dan komunitas. Salah satu pengguna yang telah merasakan kemudahan dalam hidupnya dan telah menginspirasi orang lain melalui aplikasi ini adalah Dr. Adhy Kurniawan.
Dr Adhy sering bermain di sungai ketika ia masih kecil. Setelah beranjak dewasa, ia menyaksikan bagaimana sungai-sungai tercemar oleh sampah, limbah rumah tangga, serta limbah industri selama bertahun-tahun. Terdorong untuk melakukan perubahan, Dr. Adhy dan rekan-rekannya mendirikan Gerakan Restorasi Sungai Indonesia (GRSI) pada tahun 2000.
Kala itu, GRSI hanya ingin memulihkan keadaan sungai di sekitar D.I.Yogyakarta. Bersama 50 aktivis lainnya, Dr. Adhy hanya berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar tentang manfaat sungai yang bersih. Namun, gerakan tersebut ternyata mendapat sambutan dan berkembang pesat hingga menjangkau daerah-daerah di luar D.I.Yogyakarta.
Dr. Adhy secara rutin membagikan pengetahuan, pengalaman, dan idenya melalui grup WhatsApp untuk memotivasi lebih banyak orang untuk bergabung dalam gerakan ini. Siapa sangka, WhatsApp mampu menghubungkannya dengan komunitas di luar Pulau Jawa, bahkan sampai ke pelosok Papua.
Hingga saat ini, GRSI memiliki lebih dari 60 komunitas dan lebih dari 5.000 anggota di seluruh Indonesia.
“Kami membuat grup WhatsApp berdasarkan lokasi, lalu kami berbagi foto dan video, serta bertukar cerita tentang kegiatan bersih-bersih kami,” kata Dr. Adhy. “Kami pernah mencoba berkomunikasi lewat email, tetapi sulit karena tidak semua orang punya email. WhatsApp lebih banyak digunakan oleh orang-orang.”
Jaringan grup WhatsApp mereka bahkan berkembang hingga memiliki fungsi yang lebih besar dibandingkan dengan tujuan awalnya. Kini, grup WhatsApp mereka tidak hanya digunakan untuk meningkatkan kesadaran tentang restorasi sungai, tetapi juga untuk sistem peringatan banjir – salah satu masalah yang umum di Indonesia – di mana relawan dapat saling memberi informasi tentang potensi bencana.
Sejak didirikan pada tahun 2009, WhatsApp telah menghubungkan orang-orang dengan aplikasinya yang sederhana dan andal. Hingga saat ini, WhatsApp telah menjadi platform komunikasi pilihan dua miliar orang di seluruh dunia, baik antar individu, komunitas, maupun bisnis. (*)